Review

Saturday, December 1, 2018

Social Media Detox – The Beginning


It’s been a while since I posted anything on this blog! <- sering banget kayanya ya nulis kalimat ini.

Anw, menyambut tahun baru (cailah), saya berencana mengunggah tulisan setiap harinya di blog ini. Sama seperti yang saya lakukan di awal tahun ini, dimana setiap harinya selalu ada blogpost. Nah, di post  pertama di bulan Desember ini saya ingin berbagi mengenai sebuah gerakan (?) yang mulai saya implementasikan: Social Media Detox.

Apa itu Social Media Detox?

Social Media Detox adalah mengurangi penggunaan media sosial – tapi dalam kasus saya adalah saya bukan mengurangi, melainkan stop menggunakan media sosial selama satu bulan.

Kenapa Social Media Detox?

Saya mendapatkan inspirasi untuk memulai detoks ini setelah menonton video Wheezy Writer mengenai bagaimana ia dan istrinya memutuskan untuk tidak menggunakan internet selama sebulan dan kembali ke “rutinitas” awal sebelum kehidupan mereka disibukkan oleh liat HP mulu. Disitu, istri Craig – pemilik akun Wheezy Writer – mengaku kalau kehidupannya menjadi lebih berwarna dan produktif setelah tidak memakai internet dan setelah tuntas melakukan stop-internet selama sebulan, ia justru merasa kalau melihat sosmed tidak semenyenangkan seperti dulu.

Nah, akhir-akhir ini – sebenernya bukan akhir-akhir ini sih, udah agak lama juga – saya suka ngerasa kalau kapasitas berpikir saya dan tingkat kebahagiaan dan keantusiasan saya terhadap suatu hal sangat sangat berkurang. Saya jadi lebih sering mengeluh dan terobsesi dengan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah pernah saya inginkan. Ketika saya akan menulis sesuatu – review misalnya – saya jadi cenderung memikirkan banyak hal yang ujung-ujungnya malah gajadi saya ditulis tuh review. Padahal, jauh dulu sebelum saya kenal Instagram, jaman-jaman dimana saya baru kenalan sama Blog, saya bisa nulis apapun sesuka saya tanpa overthinking. Mau tulisan itu bagus atau engga, saya selalu seneng kalo udah nulis. Padahal (pengulangan kata) kalo saya lihat tulisan-tulisan saya jaman dulu, bahasa inggrisnya amburadul banget – sekarang juga masih sih – tapi seengganya saya menemukan kebahagiaan setelah menulis dan mengunggahnya di Blog.

Oleh karena itu, saya memutuskan untuk “kembali ke masa-masa dulu”, masa dimana saya ga terlalu tahu dan peduli mengenai kehidupan orang lain dalam sosmed-nya dan bahagia di dunia saya sendiri, dunia tanpa sosmed.

Aturan dalam Social Media Detox

Karena ini detoks media sosial, maka yang ga akan saya lihat selama sebulan ini adalah Instagram + Twitter. Kalau untuk Youtube, serial atau film, kayanya sih  saya masih belum bisa stop 100 persen, meskipun saya akan lebih menyibukkan diri dengan baca buku dibanding marathon serial TV.

Selain stop menggunakan Instagram + Twitter, saya juga berniat untuk menulis jurnal setiap harinya. Sebenarnya saya udah niatin nulis jurnal dari dua bulan yang lalu setelah lihat video LiahYoo soal kebiasaan dia setiap paginya yang selalu nulis jurnal, tapi ya secara saya seorang procrastinator, jadi belum terealisasi sampe sekarang. Maka dari itu, harapannya sih sambil detoks saya bakal bisa nulis jurnal juga dan STOP PROSCRATINATING!

Durasi Social Media Detox

1 Desember – 31 Desember 2018.

Siapapun yang membaca ini, doakan saya berhasil menjalani social media detox ini ya dan doakan output yang baik dari detoks ini. Sekian dan terima kasih. J

No comments:

Post a Comment