Review

Wednesday, December 12, 2018

[Gem of the Week] Iz Harris' Video on Gratitude

Bumped into this amazing video few days ago. For anyone who feels like they are falling behind, do watch this. It managed to make me feel more grateful about myself and for everything that has happened before.

Memorable Quotes

Hey Mom, did you feel emotional of the first time that you drove in Sacramento? I did. And I wanted to tell you, but we weren't really talking when it happened. All those bans I've known my whole life and stores and the whole thing. And I wanted to tell you  I love you. Thank you. I'm...Thank You. - Christine "Lady Bird" McPherson

Tuesday, December 11, 2018

About Jealousy

Being jealous at someone will not solve anything. The word you are looking for is motivated. Being motivated instead of being jealous will get you somewhere, rather than sitting in the same spot filling your guts with hatred and negativity toward someone.

Monday, December 10, 2018

Memaafkan :)

Memaafkan maka akan dimaafkan.
Kalau ada orang yg ngomongin kita, menjelek-jelekkan kita, mikir aja "Oh mungkin Saya punya dosa mangkanya ada orang jahat sama saya." Gitu aja mikirnya maka akan lebih mudah memaafkan. 

Sunday, December 9, 2018

Lecture of the Week - 9/12/2018

"Jangan suudzon sama Allah. Jadi, nanti kalau sampai mungkin kita sudah berusaha cuman ga ada perubahan, jangan salahkan Allah. Karena Allah pengen kamu bukan sukses, bukan gagal, (tapi Allah pengen kamu) sabar atau syukur." - Ustadz Subhan Bawazier

Friday, December 7, 2018

Her

They said she's too weak
I said she's kind
They said she can't discipline her children
I said she understands what her children wants
They said her children don't respect her
I said her children could not live without her
They said she's pretty tough
I said she's very tough and strong

Wednesday, December 5, 2018

Random Ramblings 5/12/2018

Welcome to current days, when compassion toward other is decided by social media post.
Ketika seberapa pedulinya lo atau seberapa dekatnya lo dengan orang lain dihitung dari seberapa banyak posting-an tentang orang tersebut di feed akun socmed lo. 

Tuesday, December 4, 2018

Random Ramblings 4/12/2018

Who are we to judge people anyway? 
Ga ada yang sempurna. Each individual has their own flaws and it's not our job to blame them.
Tugas kita adalah memperbaiki diri sendiri.

Monday, December 3, 2018

"Your Imperfections Make You Unique"

Just watched "Redefine Pretty", a film made by Em Ford (the person behind My Pale Skin YouTube channel) for Creators for Change movement.

The film blew me away. It is so beautiful and define what the reality is. As a person who is struggling with low self-esteem and always thinking about "what will others said", this film hit me hard.

As I watched it, I realized that all of women who got featured in this film and said that they never thought they're pretty enough are actually very pretty. I realized that everyone have their own uniqueness, their own values, which make them shine in their own ways.

It reminds me of what my mother's orthopedist said to me the other day when I said I have scoliosis and I often feel insecure if I wear a tight dress to a wedding because it will show my uneven back. After examines me, the orthopedist said that I'm thinking too much about it, because it doesn't show at all and he said that it was just me who thought that when other people doesn't see it at all.

Maybe it is time to let loose, to accept me the way I am, to stop looking at stereotype on how perfect is because it will never end, there will always be someone who is taller, prettier, have more perfect body, have clearer skin, etc. But there is only one me. So, for whoever who read this and struggling with your flaws, embrace it dear, embrace your uniqueness, because maybe what you're struggling with is what makes you special.

Just like what Cindy Bishop said "Your imperfections make you unique."

Saturday, December 1, 2018

Social Media Detox – The Beginning


It’s been a while since I posted anything on this blog! <- sering banget kayanya ya nulis kalimat ini.

Anw, menyambut tahun baru (cailah), saya berencana mengunggah tulisan setiap harinya di blog ini. Sama seperti yang saya lakukan di awal tahun ini, dimana setiap harinya selalu ada blogpost. Nah, di post  pertama di bulan Desember ini saya ingin berbagi mengenai sebuah gerakan (?) yang mulai saya implementasikan: Social Media Detox.

Apa itu Social Media Detox?

Social Media Detox adalah mengurangi penggunaan media sosial – tapi dalam kasus saya adalah saya bukan mengurangi, melainkan stop menggunakan media sosial selama satu bulan.

Kenapa Social Media Detox?

Saya mendapatkan inspirasi untuk memulai detoks ini setelah menonton video Wheezy Writer mengenai bagaimana ia dan istrinya memutuskan untuk tidak menggunakan internet selama sebulan dan kembali ke “rutinitas” awal sebelum kehidupan mereka disibukkan oleh liat HP mulu. Disitu, istri Craig – pemilik akun Wheezy Writer – mengaku kalau kehidupannya menjadi lebih berwarna dan produktif setelah tidak memakai internet dan setelah tuntas melakukan stop-internet selama sebulan, ia justru merasa kalau melihat sosmed tidak semenyenangkan seperti dulu.

Nah, akhir-akhir ini – sebenernya bukan akhir-akhir ini sih, udah agak lama juga – saya suka ngerasa kalau kapasitas berpikir saya dan tingkat kebahagiaan dan keantusiasan saya terhadap suatu hal sangat sangat berkurang. Saya jadi lebih sering mengeluh dan terobsesi dengan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah pernah saya inginkan. Ketika saya akan menulis sesuatu – review misalnya – saya jadi cenderung memikirkan banyak hal yang ujung-ujungnya malah gajadi saya ditulis tuh review. Padahal, jauh dulu sebelum saya kenal Instagram, jaman-jaman dimana saya baru kenalan sama Blog, saya bisa nulis apapun sesuka saya tanpa overthinking. Mau tulisan itu bagus atau engga, saya selalu seneng kalo udah nulis. Padahal (pengulangan kata) kalo saya lihat tulisan-tulisan saya jaman dulu, bahasa inggrisnya amburadul banget – sekarang juga masih sih – tapi seengganya saya menemukan kebahagiaan setelah menulis dan mengunggahnya di Blog.

Oleh karena itu, saya memutuskan untuk “kembali ke masa-masa dulu”, masa dimana saya ga terlalu tahu dan peduli mengenai kehidupan orang lain dalam sosmed-nya dan bahagia di dunia saya sendiri, dunia tanpa sosmed.

Aturan dalam Social Media Detox

Karena ini detoks media sosial, maka yang ga akan saya lihat selama sebulan ini adalah Instagram + Twitter. Kalau untuk Youtube, serial atau film, kayanya sih  saya masih belum bisa stop 100 persen, meskipun saya akan lebih menyibukkan diri dengan baca buku dibanding marathon serial TV.

Selain stop menggunakan Instagram + Twitter, saya juga berniat untuk menulis jurnal setiap harinya. Sebenarnya saya udah niatin nulis jurnal dari dua bulan yang lalu setelah lihat video LiahYoo soal kebiasaan dia setiap paginya yang selalu nulis jurnal, tapi ya secara saya seorang procrastinator, jadi belum terealisasi sampe sekarang. Maka dari itu, harapannya sih sambil detoks saya bakal bisa nulis jurnal juga dan STOP PROSCRATINATING!

Durasi Social Media Detox

1 Desember – 31 Desember 2018.

Siapapun yang membaca ini, doakan saya berhasil menjalani social media detox ini ya dan doakan output yang baik dari detoks ini. Sekian dan terima kasih. J

Thursday, May 10, 2018

Thoughts - About Regret

Disclaimer: this post is just a random ramblings, it is not a Korean-related thing.

I used to regret what I have done in the past and wondering if only I didn't do that or take that decision, what will happen to me now. But after a long process of regretting the already-done thing, hoping for a miracle in form of Click remote (yes, the remote from a movie "Click"), and thinking that my life is done, I realize that everything happens for a reason and what I've done in the past has created who I am now. If I didn't take that particular decision, I probably will live my life like what I always do, without any changes toward a better version of me. Without such "bump in life" I will probably be too comfortable with my life and not trying to be better as a Muslim, a daughter, a friend, an employee and a citizen of the world. 

Thanks to those "trials," I'm now starting to value everything in life and not underestimate anything or anyone. I'm starting to feel more grateful and less greedy.

So for anyone who is reading this, please do not regret everything that have happened in the past, though it happened by your will or not. Just remember that everything happens for a reason, a good reason. If you can't find it now, just be patient, don't give up on life, just give up on being full of regrets and hatred, starts to look forward and live the life better than you already have. 

Now, look at the sky and says, "Alhamdulilah," for being alive and have the opportunity to improve yourself and be a better version of you, says "Thank you Allah for giving me the opportunity to see the sky today."

Wednesday, May 9, 2018

An Introduction to I Live Alone (I Live Alone 101)


Anyeonghaseyo~~

Di blogpost kali ini saya ingin membicarakan seputar acara reality favorit saya saat ini: “I Live Alone.” Sebenarnya saya sudah mulai rajin ngikutin acara ini dari pertengahan tahun lalu, sempet ga ngikutin beberapa episode dan sekarang mulai seneng lagi sama acara ini.

Mungkin udah banyak yang tau ya soal acara ini, kalau ada yang belum tahu dan tertarik menonton, semoga tulisan ini bisa membantu.

foto credit: Ist

Jadi, “I Live Alone” adalah salah satu acara reality yang tayang di stasiun televisi MBC. Nah, acara ini sekarang lagi populer banget, apalagi setelah salah satu acara reality andalan MBC, “Infinity Challenge” memutuskan untuk menayangkan episode terakhirnya di bulan Maret kemarin. Semakin lah “I Live Alone” muncul ke permukaan.

Konsep “I Live Alone” sendiri sangat berbeda dengan acara reality lainnya. Dalam acara ini, beberapa bintang tamu selebriti yang tinggal sendiri akan memperlihatkan keseharian mereka, mulai dari bangun tidur sampai dengan kembali tidur. Selain para selebriti yang jadi bintang tamu, ada juga tim panel alias member tetap acara, yang akan mengomentari keseharian selebriti tersebut. Member tetap acara ini juga akan memperlihatkan keseharian mereka, sama seperti selebriti-selebriti yang menjadi bintang tamu. 

tim panel & tvxq  - foto credit: soompi

Saat ini member tetap “I Live Alone” berjumlah 8 orang. Mereka adalah Jun Hyun Moo, Park Na Rae, Han Hye Jin, Kian84, Lee Si Eon, Yoon Hyun Min, Henry Lau dan Sung Hoon.

Rainbow Club minus Henry, Yoon Hyun Min & Sung Hoon - foto credit: soompi

Kenapa acara ini menarik untuk ditonton?

Karena dalam acara ini kita bisa mengetahui seperti apa sih  keseharian selebriti-selebriti Korea dari mulai bangun tidur sampai mereka tidur lagi. Terkadang, selebriti-selebriti yang selalu terlihat sempurna di luar, justru terlihat sangat biasa-biasa saja ketika ia sendirian di rumahnya. Ada juga selebriti yang memang mewah luar dalam. Disini juga kita bisa melihat kebiasaan-kebiasaan selebriti saat di rumah, seperti contohnya Taeyang yang hobi gonta ganti piyama.

Taeyang di I Live Alone - foto credit: soompi

Contoh lainnya yang baru-baru ini saya tonton adalah episode TVXQ. Di episode tersebut keliatan banget kalau Changmin dan Yunho beda 360 derajat, dan saya jadi sedikit lebih suka sama Changmin setelah nonton episode ini, meskipun awalnya yang saya suka di TVXQ adalah Yunho. Pas liat Yunho disini, saya jadi malu sendiri liat dia :”)

TVXQ di I Live Alone - foto credit: soompi

Member-member tetap “I Live Alone”, yang dikenal dengan nama Rainbow Club, juga sudah seperti keluarga. Mereka menyaksikan bagaimana satu sama lain meraih kesuksesan dan pindah ke tempat yang lebih baik. Seperti Park Na Rae, yang pindah ke apartemen yang lebih besar setelah sebelumnya tinggal di apartemen kecil. Bahkan, Jun Hyun Mo dan Han Hye Jin pun cinlok dan pacaran beneran setelah jadi member tetap di acara ini.

Han Hye Jin & Jun Hyun Moo - foto credit: soompi

Kalau mau mulai menonton acara ini saya merekomendasikan untuk menonton episode TVXQ karena benar-benar lucu dan menghibur, meskipun episode-episode lainnya sama menghiburnya.

Sekian dulu dari saya, untuk yang tertarik mulai nonton “I Live Alone” boleh klink link berikut ya -> "I Live Alone"

Thursday, April 12, 2018

Konsumen Cerdas di Era Digital: Apa, Kenapa & Bagaimana?

Selamat datang di era digital!

Jika kamu membaca tulisan ini, maka kamu termasuk ke dalam kategori warganet alias netizen. Namun, apakah kamu termasuk ke dalam kategori konsumen digital? Hhmm…coba ingat-ingat, apakah kamu pernah membeli barang atau menggunakan jasa secara daring alias online? Kalau jawabannya ya, berarti kamu termasuk ke dalam kategori konsumen digital.

Ada satu pertanyaan lagi nih: apakah kamu sudah termasuk ke dalam kategori KONsumen yang CERdas di era digital? Coba dipikirkan dengan seksama…

Sudah?

Bagaimana jawabannya? Ya? Tidak? 50:50?

Buat yang menjawab “Tidak” dan “50:50”, selamat karena kamu berada di tempat yang tepat! Di blogpost ini saya akan menjelaskan apa itu konsumen cerdas di era digital, beserta kenapa kita harus menjadi sosok tersebut dan bagaimana caranya menjadi konsumen cerdas di era serba digital ini.

Apa

foto credit: nepalbuzz.com

Sebelum membahas lebih jauh mengenai konsumen yang cerdas di era digital, ada baiknya kita memahami pengertian konsumen digital. Menurut ReachFirst, sebuah perusahaan startup yang fokus dalam bidang perancangan web dan pemasaran daring, konsumen digital adalah mereka yang menggunakan teknologi untuk membeli dan menjual produk dan jasa.
  
Di Indonesia sendiri, seperti yang dilansir oleh Kompas.com, menurut laporan terbaru Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), lebih dari 50 persen atau sekitar 143 juta orang telah terhubung dengan jaringan internet sepanjang tahun 2017. Tingginya jumlah pengguna internet di Indonesia memicu tingginya jumlah transaksi online. Menurut artikel yang diunggah oleh Okezone.com, transaksi e-commerce diprediksi mencapai US$130 miliar di tahun 2020.

Kenapa

Kenapa menjadi konsumen yang cerdas di era digital ini adalah hal yang penting? Karena dengan menjadi konsumen yang cerdas, kita akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Kasus penipuan jual beli secara daring mungkin sudah tidak asing terdengar di telinga kita. Bahkan, menurut hasil survey Kaspersky Lab di 26 negara, Indonesia merupakan salah satu Negara dengan korban penipuan online terbesar di dunia! Seperti yang dilansir oleh Liputan6.com, 26 persen konsumen di Indonesia pernah menjadi korban penipuan online. L

Oleh karena itu, menjadi konsumen yang cerdas di era digital ini adalah sebuah keharusan.

Bagaimana

Lantas bagaimana caranya agar kita bisa menjadi konsumen cerdas di era digital? Di bawah ini, saya sudah menuliskan beberapa tips-nya.

Jangan Tergiur Promo & Harga Murah

Terkadang keinginan untuk membeli suatu barang tiba-tiba timbul saat melihat harga yang murah dan sedang ada promosi potongan harga atau promosi beli 1 gratis 1, meskipun sebenarnya kita tidak membutuhkan barang tersebut. Disini lah status kita dipertanyakan, apakah kita konsumen yang cerdas atau bukan?

Konsumen yang cerdas di era digital tidak akan tergiur dengan promosi dan harga murah dan langsung memesan plus membeli barang tersebut. Konsumen yang cerdas, akan mencari tahu terlebih dahulu info mengenai barang tersebut dan toko yang menjualnya.

Pilih Penjual Yang Terpercaya!

Wajib hukumnya bagi semua konsumen digital untuk membeli barang atau jasa dari penjual yang terpercaya. Lantas bagaimana mengetahui apakah penjual tersebut terpercaya atau tidak? Melihat jumlah penjualan dan jumlah bintang tentunya. Kalau membeli barang lewat marketplace seperti Tokopedia atau Shopee, gunakan fitur “Filter” untuk memilih penjual dengan label “Star Seller” (di Shopee) atau “Gold Merchant” di Tokopedia.

fitur Star Seller/ Shopee Mall di Shopee
fitur Gold Merchant/Official Store di Tokopedia

Ketika sudah “menyaring” penjual dengan label-label di atas, kembali pilih toko dengan jumlah penjualan terbanyak. Setelah memilih toko yang sepertinya cocok di hati, jangan langsung klik beli dulu, coba cek review atau ulasan atau penilaian yang ada di produk yang akan kamu beli.

fitur "Terlaris" di Shopee untuk mencari Toko dengan Penjualan terbanyak

fitur "Penjualan" di Tokopedia untuk mencari Toko dengan Penjualan terbanyak

Kalau di Shopee, ada fitur “Penilaian Dengan Foto,” klik fitur tersebut untuk melihat seperti apa sih wujud asli barang yang akan kamu beli, karena kadang barang yang dipasang si penjual di foto suka berbeda dengan barang asli-nya. Untuk menghindari efek “ZONK,” ketika barang sampai di rumah, jangan lupa selalu mengecek fitur Ulasan atau Penilaian ya.

fitur "Penilaian Dengan Foto" di Shopee
fitur "Ulasan" di Tokopedia

Sebelum Membeli, Cari Ulasan Dari Sumber Terpercaya

Tidak cukup dengan hanya membaca ulasan atau penilaian yang tersedia di laman produk tersebut, untuk menjadi konsumen yang cerdas di era digital ini, perlu sekali untuk mencari ulasan dari sumber-sumber terpercaya sebelum membeli produk dengan harga yang cukup mahal.

Sumber-sumber terpercaya sendiri bermacam-macam, bisa berbentuk website, blog, channel YouTube atau perkataan teman/saudara.

Saya akan mengambil contoh produk Handphone atau Smartphone. Sebelum membeli smartphone, saya biasanya mencari ulasan mengenai spesifikasi, keunggulan dan kelemahan smartphone yang saya incar dari website-website terpercaya, seperti www.gsmarena.com. Tidak cukup dengan hanya membaca saja, saya juga biasanya menonton video review Sobat HAPE di YouTube, untuk mengetahui kualitas foto dan video dari smartphone yang akan dibeli.

contoh review di Channel YouTube Sobat HAPE

Baca Baik-Baik Metode Pembayaran

Banyak orang yang enggan membeli barang secara daring karena metode pembayaran yang mereka anggap sulit. Padahal, semua toko yang menjual barang dan jasa mereka secara daring selalu menuliskan tata cara pembayaran yang jelas, asal konsumen mau membacanya dengan seksama.

Nah, untuk menjadi konsumen cerdas di era digital, biasakan untuk selalu membaca baik-baik metode pembayaran yang disediakan toko/penjual. Biasanya, penjual menyediakan beragam metode pembayaran, mulai dari pembayaran melalui transfer lewat ATM, transfer lewat Mbanking, transfer lewat gerai Indomaret/Alfamart, pembayaran via kartu kredit (cicilan/tunai), atau pembayaran secara langsung lewat Cash On Delivery (COD).

Jika dilihat dari pilihan-pilihan di atas, sebenarnya metode yang paling aman adalah Cash On Delivery (COD), karena konsumen akan membayar ketika barang sudah ada di tangan mereka. Tapi, bukan berarti metode-metode yang lain tidak aman ya. Asalkan toko/penjual terpercaya dan tata cara pembayaran tertulis dengan jelas, maka konsumen tidak perlu khawatir.

Jaga  Data Pribadi Kamu

Konsumen yang cerdas di era digital adalah konsumen yang menjaga dengan baik data pribadi-nya dan tidak membagikannya ke sembarang orang, termasuk penjual.

Kepintaran otak manusia seringkali disalahgunakan untuk melakukan penipuan-penipuan, termasuk penipuan jual beli secara daring. Zaman sekarang, banyak oknum-oknum penipu yang menyamar menjadi pemilik toko daring atau penjual di e-commerce yang melakukan beragam trik untuk menipu konsumen. Salah satu trik yang sering digunakan oknum-oknum tersebut adalah meminta kode verifikasi. Untuk hal ini, jangan pernah memberitahukan kode verifikasi, OTP (One Time Password), atau authentication code ke siapapun, apalagi orang yang tidak dikenal, karena kode tersebut sifatnya rahasia dan bisa disalahgunakan serta merugikan pihak konsumen.

Data pribadi juga termasuk kartu identitas penduduk atau KTP. Penipu seringkali menawarkan suatu produk dengan harga murah dan pembayaran memakai cicilan asalkan konsumen mau memberikan KTP-nya. Nah, kalau bertemu dengan penjual seperti ini, langsung ucapkan selamat tinggal saja ya, karena KTP tersebut nanti bisa disalahgunakan oleh si penjual.

Pahami Hak & Kewajiban Sebagai Konsumen

Untuk menjadi konsumen yang cerdas di era digital, kita harus memahami dengan betul apa hak dan kewajiban kita sebagai konsumen. Dengan memahami apa yang menjadi hak dan kewajiban kita, jika nantinya terjadi hal yang tidak sesuai dengan keinginan, kita dapat mengetahui apakah itu kesalahan kita sebagai konsumen atau kelalaian si penjual.

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai hak dan kewajiban konsumen, sila kunjungi situs berikut ini ya: http://harkonas.id/koncer.php . Di situs tersebut dijelaskan secara lengkap apa hak dan kewajiban konsumen beserta cara-cara lainnya untuk menjadi si KONCER atau KONsumen CERdas.


Cukup segini dulu dari saya mengenai konsumen cerdas di era digital. Semoga infonya bermanfaat. Mari kita ramaikan era digital ini dengan menjadi konsumen yang cerdas!

Sampai jumpa~~

p.s. tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog yang memperingati Hari Konsumen Nasional (Harkonas) 2018.

Wednesday, January 24, 2018

[K-Food Review] An.Nyeong Korean Food Café Wolter Monginsidi

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk menghabiskan waktu makan siang di salah satu café bernuansa Korea di daerah Wolter Monginsidi. Nama dari café itu adalah An.Nyeong Korean Food Café. Sebenarnya café ini bukan hanya ada di Wolter Monginsidi saja, An.Nyeong juga memiliki gerai di Depok, Kebon Jeruk dan Tanjung Duren.

Kalau kalian adalah penikmat drama, film, reality show, variety show, dan makanan Korea, maka saya sangat sangat merekomendasikan tempat ini. An.Nyeong adalah tempat yang tepat untuk menunaikan hasrat “ingin makan masakan Korea” setelah menonton drama, film atau reality show Korea yang terkadang bikin ngiler. Café ini menyediakan beragam menu yang siap memanjakan perut para pengunjungnya. Tanpa bicara lebih panjang lagi, berikut kelebihan An.Nyeong Korean Food Café menurut saya. Kenapa kelebihan saja? Karena saya tidak menemukan kekurangan dari café ini, hoho.

penampakan luar An.Nyeong (foto credit: zomato)

Makanan Yang Lezat

Makanan yang disajikan di café ini benar-benar lezat. Saya sudah dua kali makan disini dan sampai sekarang saya tidak pernah kecewa dengan rasa dari makanan di café ini. Di kunjungan pertama, saya memesan Tuna Kimbap (38.000), Cheese Topokki (35.000), Sundubu Jjigae (58.000) dan Buldak Bokkeum Udong (48.000). Di kunjungan yang kedua, saya memesan menu yang berbeda, yaitu: Dak Doritang (120.000), Cheese Buldak (58.000) dan Mango Bingsu (50.000). Alhamdulilah, semua makanan yang dipesan rasanya enak dan tidak mengecewakan. Oh iya, untuk minumnya, saya selalu pesan Ocha refill, rasanya…ya seperti ocha pada umumnya, sekian dan terima kasih.

Harga Yang Terjangkau

Menurut saya, harga dari makanan-makanan yang ada di An.Nyeong sangatlah terjangkau. Setidaknya setelah makan di An.Nyeong saya tidak perlu bingung memikirkan bagaimana bisa bertahan hidup sampai dengan gajian di bulan berikutnya :”) Dan…yang paling penting nih ya, café ini tidak men-charge tax, jadi saat pembayaran ya pengunjung hanya perlu membayar total harga dari makanan yang dipesan, tanpa ada embel2 service tax dan lain-lain, bahagia kan?

Porsi Yang Besar

Porsi dari makanan-makanan yang disajikan di cafe ini lebih dari cukup untuk sekedar menghabiskan makan siang. Setiap kesini, makanan yang kami pesan tidak pernah habis. Pasti selalu ada sisanya. Padahal menurut kami, kami sudah pesan makanan yang sesuai dengan kapasitas perut kami.

Tempat Yang Nyaman & Sepi

penampakan dalam An.Nyeong (foto credit: zomato)

Kalau kalian lebih suka duduk-duduk dan makan di tempat makan yang tidak terlalu ramai, maka An.Nyeong adalah tempat yang tepat. Setiap makan disini, pasti hanya ada dua pengunjung saja yang sedang menikmati makan siang-nya. Jadi saat makan, kita hanya akan ditemani oleh alunan musik-musik Korea tanpa mendengar tamu-tamu lain heboh dengan pembicaraan mereka. Kalian juga bisa bebas berleha-leha berlama-lama disini.

Untuk kalian yang tertarik mengunjungi An.Nyeong, berikut alamatnya:

 An.Nyeong Korean Food Cafe
Jl. Wolter Monginsidi No.36 A, RT.1/RW.6, Petogogan, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12170
Di lantai atas Restaurant Wu Jang Gun (jangan sampai salah masuk ke resto-nya ya, karena menunya beda sis)

Untuk melihat menu dan info lebih lanjut mengenai An.Nyeong -> klik disini.

Thursday, January 11, 2018

Lessons from the Screenshot – Prison Playbook Edition

1st Lesson - A fan is not a stranger.


2nd Lesson - Not to worry what others think.


3rd Lesson - Not everyone enjoying their conditions.


4th Lesson - Better late than never.